Unggul dalam Prestasi, Cakap dalam Kreasi dan Berkepribadian Islami

Selasa, 07 Juni 2011

Obat Hati

Menurut Syekh Nawawi al-Bantani obat hati itu seseorang harus mempunyai sifat-sifat atau akhlak sebagai berikut;

1. Faqru
Faqru artinya mempunyai akhlak merasa rendah dihadapan ALLAH swt.
"Sesungguhnya Allah menyintai orang fakir yang menjaga kehormatan diri, yang menjadi bapak keluarga.’
Dalam hadis lain Rasulullah saw juga bersabda,’ orang-orang fakir dari umatku masuk surga sebelum orang-orang kaya dari mereka dengan selisih waktu lima ratus tahun.’
Diriwayatkan oleh At-Turmidzi dari Abu Umamah bahwa Rasulullah menceritakan pengalamannya bertemu dengan malaikat Jibril. Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah saw,’ wahai Muhammad, sesungguhnya Allah swt menyampaikan salam kepadamu. Dia berfirman : apakah engkau menginginkan jika Aku menjadikan gunung sebagai emas dan selalu bersamamu ?’ Rasulullah menjawab,’ sesunggunya dunia hanyalah kampung bagi orang yang tidak memiliki harta dan harta hanya dikumpulkan bagi orang-orang yang tidak mempunyai akal,’ Jibril a.s berkata, ‘wahai Muhammad, semoga Allah meneguhkan engkau dengan kalimat yang teguh (Hikmah).’
Dalam hadis lain disebutkan,’ para nabi yang paling akhir masuk surga adalah Sulaiman putra Dawud as karena kedudukan kerajaannya. Dan sahabatku yang paling akhir masuk surga adalah Abdurrrahman bin Auf karena harta kekayaannya.’
Orang-orang fakir yang ikhlas dan tak berkeluh kesah menghadapi keadaannya adalah manusia yang paling utama. Ia tenang dan qanaah dari apa yang diterimanya atas karunia Allah. Karena itu Rasulullah saw bersabda,’berbahagialah orang yang mendapatkan petunjuk kepada Islam dan kehidupannya merasa cukup (tidak menjadi beban orang lain) dan puas apa yang ada.
Rasulullah saw bersabda,’wahai golongan orang-orang yang fakir, berikanlah keridhaan dari hati kamu kepada Allah pasti kamu akan mendapatkan kebahagiaan dengan pahala kefakiran. Apabila tidak kamu tidak memperolehnya.’
Orang fakir yang qanaah dan ikhlas akan mendapatkan pahala. Sedangkan fakir yang rakus sama sekali tidak mendapatkan pahala dari kemiskinannya itu. Diterangkan bahwa orang-orang fakir yang sabar akan duduk berkumpul dan dekat dengan Allah di hari kiamat. Rasulullah saw bersabda,’ sesungguhnya setiap sesuatu itu mempunyai kunci. Adapun kunci surga adalah menyintai orang-orang miskin dan orang-orang fakir, karena kesabaran mereka. Mereka adalah orang-orang yang duduk berkumpul dekat Allah pada hari kiamat.
unaid Al Baghdadi mengatakan, “Wahai kaum fakir, kau dikenal melalui Allah dan dihormati demi Allah. Jagalah perilakumu bilamana kau sendirian dengan-Nya. Serendah-rendah manusia adalah dia yang dianggap taat kepada Allah, namun sebenarnya tidak. Sedangkan manusia yang paling mulia adalah dia yang tidak dianggap taat kepada Allah, namun sesungguhnya dia taat.
Dengan makna hakiki kefakiran di ataslah dapat kita renungkan hadits Nabi saw. berikut,”Ya Tuhanku, hidupkanlah aku dalam kefakiran, dan matikanlah aku dalam kefakiran, dan bangkit dari kematian di antara kaum fakir.”

2. Tawaddhu
Menerima kebenaran dari siapapun yang menyampaikannya.

“Aku akan memalingkan orang-orang yg menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yg benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku.” . Takabbur atau sombong adl lawan kata dari tawaddu’ atau rendah hati dan merupakan salah satu jenis penyakit hati yg telah memakan banyak korban seperti Raja Fir’aun dan bala tentaranya Namrud Abu Jahal dan Abu lahab kaum Yahudi dan masih banyak lagi. Menurut tata bahasa “takabbur” semakna dgn ta’azhzum yakni menampak-nampakkan keagungan dan kebesarannya merasa agung dan besar. Penyusun kamus Lisanul Arab mengatakan “takabbur dan istikbar ialah ta’azhzum merasa besar dan menampak-nampakkan kebesarannya .” Perbedaan antara takabur ujub dan ghurur adl bahwa ujub itu mengagumi atau membanggakan diri dari segala seuatu yg timbul darinya baik berupa perkataan maupun perbuatan tapi tidak merendahkan dan meremehkan orang lain. Ghurur adl sikap ujub yg ditambah sikap meremehkan dan menganggap kecil apa yg timbul dari orang lain tapi tidak merendahkan orang lain. “Tidaklah masuk surga orang yg didalam hatinya ada penyakit kibr meskipun hanya seberat dzarroh.” Kemudian ada seorang laki-laki berkata “Sesungguhnya seseorang itu suka pakaiannya bagus dan sandalnya/sepatunya bagus.” Beliau menjawab “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kibr itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” . Sebab-Sebab Takabur

Rusaknya penilaian dan tolak ukur kemuliaan manusia. Di antara faktor yg menyebabkan timbulnya takabur ialah terjadinya nilai dan cara pandang manusia yg rusak. Mereka memandang mulia dan hormat kepada orang-orang yg kaya harta meskipun dia itu ahli maksiat dan menjauhi manhaj dan aturan Allah. Orang yg hidup dalam kondisi seperti ini sudah barang tentu akan begitu mudah sombong merendahkan dan meremehkan orang lain kecuali orang yg dirahmati Allah. “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yg Kami berikan kepada mereka itu Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaika kepada mereka ? Tidak sebenarnya mereka tidak sadar.” . “Dan mereka berkata “Kami lbh banyak mempunyai harta dan anak-anak dan kami sekali-kali tidak akan diadzab. Katakanlah ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizki bagi siapa yg dikehandi-Nya dan menyempitkan akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan pula anak-anak kamu yg mendekatkatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yg beriman dan mengerjakan amal-amal sholeh mereka itulah yg memperoleh balasan yg berlipat ganda disebabkan apa yg telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa ditempat-tempat yg tinggi ‘.” .

3. Tubat
Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat. Taubat marupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya.

Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia. Bahkan Nabi Muhammad telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut)."

Di antara kita pernah berbuat kesalahan terhadap diri sendiri sebagaimana terhadap keluarga dan kerabat bahkan terhadap Allah. Dengan segala rahmatnya, Allah memberikan jalan kembali kepada ketaatan, ampunan dan rahmat-Nya dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Penyayang dan Maha Penerima Taubat. Seperti diterangkan dalam surat Al Baqarah: 160 "Dan Akulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

Taubat dari segala kesalahan tidaklah membuat seorang terhina di hadapan Tuhannya. Hal itu justru akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya karena sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firmanya dalam surat Al-Baqarah: 222, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."

Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara, bahkan pintunya selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari: "SesungguhnyaAllah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat."

Merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus melampai batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka dan sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya karena sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang.

Tepatlah kiranya firman Allah dalam surat Ali Imran ayat: 133, "Bersegaralah kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."

Taubat yang tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah adalah "Taubat Nasuha", yaitu taubat yang murni. Sebagaimana dijelaskan dalam surat At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bresamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".

Taubat Nasuha adalah bertaubat dari dosa yang diperbuatnya saat ini dan menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya di masa lalu dan brejanji untuk tidak melakukannya lagi di masa medatang. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap bani Adam (sesama manusia), maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Apakah penyesalan itu taubat?", "Ya", kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah). Amr bin Ala pernah mengatakan: "Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya".

Di bulan pengampunan, Ramadhan yang "Syahrul Maghfirah" ini adalah saat yang tepat untuk kita bertaubat. Bagi yang sudah bertaubat mari memperbarui taubatnya dan yang belum taubat mari bergegas kepada ampunan Allah. 10 hari kedua bulan Ramadhan merupakan masa maghfirah (ampunan) sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Abu Haurairah "Ramadhan, awalnya Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya dibebaskan dari api neraka" (H.R. Ibnu Huzaimah).

4. Arridlo
Gembiranya hati dengan pahitnya takdir. Hati tenang dengan menerima hukum-hukum ALLAH swt. Menghadapi hukum-hukum ALLAH swt. dengan gembira

5. Qonaah
Meninggalkan rindu keinginan terhadap sesuatu yang tidak ada serta menikmati yang menjadi miliknya. Tidak ada perasaan "NGGRANGSANG". yaitu Sangat bernafsu mengejar sesuatu yang tidak terjangkau.
ecara maknawi, qonaah berarti menerima apa adanya. Merasa ikhlas dengan kondisi apapun yang dialami. Dalam bahasa jawanya : “nrimo ing pandum”
Dalam sudut pandang tertentu, qonaah sering disalah artikan sehingga menjadi pemicu sebuah kemunduran, ganjalan dalam berkembangnya seseorang ke tingkatan yang lebih tinggi/baik dalam berbagai aspek kehidupan.
Memang tak salah kalau qonaah diartikan menerima apa adanya, tapi tidak berhenti hanya sampai disitu. Sikapa qonaah menuntut siapa saja untuk selalu bermuhasabah, introspeksi, seberapakah kemampuan dirinya, sehingga ia hidup secara WAJAR dan tak melampaui batas. Selanjutnya diperlukan adanya syukur, tasyakkur dan tafakkur. Syukur sebagai perwujudan menerima apa adanya, tasyakkur tercermin dari kelapangan hati dan kesabaran, tafakkur sebagai wujud evaluasi.
contoh kecil orang yang sedang usaha berjualan. suatu saat jualannya sepi. ketika ia menghadapi itu, pertama ia ikhlas, kemudian bersyukur, “Alhamdulillah…. dengan kesempitan ini Ya Allah kau ingatkan aku, kau jadikan aku mendekat kepadaMu”. Orang ini akan semakin memacu ibadahnya, sehingga semakin dekatlah ia kepada Allah, dengan ijin Allah tentunya. dengan semakin dekat kepada Allah maka semakin lapang hatinya menjalani kesempitan ini, yang ada adalah kelurusan berfikir. Langkah selanjutnya adalah tafakkur, evaluasi. Kenapa sih orang2 seakan menjauh dari tokoku, apakah karena tokoku kotor sehingga tak menarik keinginan pembeli, apakah harga jualku terlalu mahal, apakah pelayananku yg tidak disukai pembeli… evaluasi demi evaluasi dilakukan sehingga dari situ lahirlah perbaikan-perbaikan. 2 manfaat sekaligus, ibadah semakin lancar, urusan dunia semakin lancar.

6. Attuko
Takut kepada ALLAH swt. Menjauhi semua yang ALLAH swt. akan marah apabila kita menjalankannya. Takwa ada dhohir dan ada batin.
Takwa dhohir memelihara diri dari perbuatan-perbuatan yang bersifat dhohir seperti Ghibah (membicarakan kejelekan orang lain) biasanya perbuatan lisan. Membunuh dan mengambil hak orang lian.
Takwa batin memelihara diri dari niat-niat yang jelek dan menggantinya dengan niat yang ikhlas.